Protes pemilu Iran 2009
Protes pemilu Iran 2009 | |
---|---|
Protes terhadap hasil pemilu di jalan-jalan di kota Tehran, 13 Juni. | |
Lokasi | Tehran, Ahvaz, Arak, Bandar Abbas, Birjand, Babol, Bushehr, Isfahan, Karaj, Kermanshah, Khoy, Mashhad, Qazvin, Rasht, Sari, Shahr Kord, Shiraz, Tabriz, Urmia, Zahedan, Iran (Oleh masyarakat Iran di diaspora di seluruh dunia) Sydney, Melbourne, Australia Auckland, Selandia Baru Kuala Lumpur, Malaysia Paris, Perancis Bochum, Berlin, Frankfurt, Koln, Hamburg, Jerman Den Haag, Amsterdam, Delft, Belanda Stockholm, Swedia London, Britania Raya Lisbon, Portugal Toronto, Calgary, Montreal, Vancouver, Edmonton, Ottawa, London, Ontario, Kanada New York City, Los Angeles, San Diego, San Francisco, Atlanta, Washington, D.C., Philadelphia, Chicago, Miami, Amerika Serikat Dubai, Uni Emirat Arab Wina, Austria Roma, Milano, Firenze, Italia Jenewa, Lausanne, Swiss Kiev,Odessa,Kharkiv Ukraina Praha, Ceko |
Tanggal | 13 Juni 2009 – sekarang 12 GMT (+4) |
Jenis serangan | Anti-pemerintah |
Kematian | dipastikan 16 |
Beberapa analis menyebutkan hasil pemilu yang kontroversial itu sebagai kudeta (atau "کودتای ۲۲ خرداد" dalam bahasa Persia— Kudeta 22 Khordad Anno Persarum). Ketiga kandidat oposisi telah mengklaim bahwa pemungutan suara dimanipulasi dan hasilnya direkayasa. Kandidat Mohsen Rezaee dan Mousavi telah mengajukan laporan keluhan resmi. Mousavi menyatakan bahwa ia "tidak akan takluk kepada manipulasi ini" sebelum mengajukan banding resmi terhadap hasilnya kepada Dewan Pengawal pada 14 Juni.
Polisi dan sebuah kelompok pro-pemerintah yang disebut Basij telah menindas protes-protes itu dengan kekerasan, menembaki kerumunan dan menggunakan tongkat-tongkat pemukul, cairan cabai, dan senjata-senjata lainnya. Ada 20 orang yang dinyatakan tewas pada protes-protes tersebut. Pemerintah Iran telah menutup universitas-universitas di Tehran, memblokir situs-situs internet, penyebaran pesan lewat telepon genggam dan SMS,dan melarang demonstrasi.
Pemilu presiden Iran pada 2009 didahului oleh sebuah survei independen oleh organisasi Terror Free Tomorrow yang berbasis di AS.Jajak pendapat mereka, yang diselenggarakan pada 11-20 Mei 2009 (jadi hanya selama migngu pertama dari masa kampanye pemilu 30 hari) meramalkan partisipasi yang tinggi dan memperlihatkan rasio yang serupa untuk para kandidat dengan hasil resminya belakangan, sementara lebih dari seperempat pemilih masih ragu-ragu. Banyak survei yang dilakukan di Iran sendiri memberikan hasil-hasil yang sangat berbeda. Seperti yang dinyatakan dalam sebuah tulisan opini di New York Times, hal ini disebabkan oleh fluktuasi yang sangat tinggi di antara pemilih selama masa kampanye.
Pemilu presiden berlangsung pada 12 Juni 2009. Berbeda dengan pemilu pada 2005, kali ini partisipasi peserta tinggi. Hasil resmi pemilu ini ditolak oleh ketiga kandidat oposisi, yang mengklaim bahwa suara pemilih dimanipulasi dan pemilu itu sendiri direkayasa. Pemilu presiden yang terakhir juga kontroversial, tetapi kali ini pertikaiannya semakin meningkat. Para calon Mohsen Rezaee dan Mousavi telah mengajukan pengaduan resmi. Mousavi mengumumkan bahwa ia "tidak akan takluk kepada manipulasi ini" sebelum mengajukan banding resmi terhadap hasil pemilu ini kepada Dewan Pengawal pada 14 Juni.
Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei menyatakan bahwa partisipasi pemilih yang tidak pernah terjadi sebelumnya dan hari-hari libur keagamaan yang terjadi berbarengan merupakan "penilaian ilahi", dan mendesak bangsanya agar bersatu,dan belakangan memerintahkan penyelidikan terhadap klaim-klaim kecurangan dalam pemilu. Merujuk kepada surat banding Mousavi tentang penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, Khamenei mengatakan bahwa "Dewan Pengawal telah menegaskan untuk melaksanakan investigasi terhadap surat ini dengan cermat," dan menyelidiki tuduhan-tuduhan tentang kecurangan pemilu.Mousavi tidak optimistik dengan bandingnya. Menurutnya, banyak dari anggota kelompok itu yang "selama pemilu tidak netral".
Ahmadinejad menyebut pemilu itu "sepenuhnya bebas" dan hasilnya merupakan "suatu kemenangan besar" bagi Iran, sambil menolak protes-protes ini yang dianggapnya tak lebih daripada sekadar "keributan setelah sebuah pertandingan sepak bola ".
Menurut suatu analisis ilmiah oleh Prof. Walter R. Mebane, Jr., dari Jurusan Statistik dari Universitas Michigan, mengingat data dari tahap pertama pemilu presiden tahun 2005 memberikan hasil yang "memberikan dukungan kuat untuk sebuah diagnosis bahwa pemilu 2009 sangat penuh dengan kecurangan."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar